Hari ini aku ditikam berbagai perasaan cemas, padahal seharian ini aku pergi-pergi untuk mencari penghidupan. Maksudku intinya hari ini aktivitasku cukuppppppp padat karena sedang mempersiapkan barang dagangan perdana. Kaming sun ya gaes doakan supaya membawa berkah!
Perasaan cemas pertama akibat menolak memberi. Pagi-pagi aku pergi ke toko kain, untuk membeli bahan guna kebutuhan berdagang. Sebelumnya aku berada di rumah, menimbang-nimbang dan mencatat uang yang ku bawa dan berencana untuk dibelanjakan. Hingga jatah untuk tukang parkir pun ku hitung dengan sedemikian rupa budget nya! Dalam perjalanan menuju toko kain, aku terus berkomat-kamit agar rencana pembelanjaan ku berjalan sesuai dengan apa yang telah ku perhitungkan, agar aku tidak tergoda dengan warna-warna kain lucu dan lantas membelinya.
![]() |
doc.pribadi//kertas ajaib yang aku sematkan di dalam dompet agar pengeluaran tertib |
Aku bertemu seorang teman yang sama-sama ingin membeli bahan kain. Kami memilih kain apa saja yang kami butuhkan. Padahal jalur berdagang kami berbeda, namun masih sama jenisnya. Kami mengobrol, seperti kebanyakan perempuan pada umumnya, percakapan kami semakin panjang lebar menyeruak memenuhi setiap sudut ruangan toko kain dengan gema suara tawa kami bersama. Pada saat menunggu finishing pemotongan kain, kami tetap asyik mengobrol hingga tiba-tiba datang seorang wanita paruh baya yang langsung duduk sila dibawah.
Awalnya aku tidak sadar jika beliao ini duduk dibawah karena kursi kami yang tinggi. Lalu sepintas aku mengamatinya dan langsung menolak dengan bilang, "coba ul kamu ada uang nggak buat ngasih ibuknya?" kataku pada teman sebelah. Setelah seharian kepikiran dengan kalimatku tersebut, aku menjadi berfikir bahwa sifat buruk yang di benci Tuhan menghantui setiap gerak pikiranku. Aku cemas berkali kali, namun aku terus mengelak dengan berkata bahwa memberi pengemis berarti mendukung mereka untuk terus berpangku tangan. Memberi pengemis berarti mendukung mereka untuk terus berpangku tangan. Menmberi pengemis berarti mendukung mereka untuk terus berpangku tangan.
Memberi pengemis berarti mendukung mereka untuk terus berpangku tangan.. kata-kata itu terus menguap memenuhi pikiranku seharian ini. Aku tidak bermaksud untuk tidak berbagi, aku tahu bahwa sebagian rejeki yang kita dapatkan merupakan hak saudara kita. Tetapi tidak tau kenapa, aku malah tidak tega jika harus memberikan uang ku kepada mereka yang "meminta-minta". Aku merasa kasihan jika harus membiarkan mereka dengan keadaan seperti itu, namun aku juga tidak tau bagaimana untuk membuat hidup mereka lebih baik. Karena aku punya hidup saja juga belum baik..
Aku cemas karena aku merasa tatapan beliao yang "meminta-minta" ini masih hadir dalam benak ku. Setiap kali melihat mereka yang "meminta-minta" aku dihantui rasa bersalah karena tidak memberi, padahal apa salahnya untuk memberi sesukanya? Pasti kalian berfikir seperti itu.. tetapi aku tetap tidak bisa! Lebih baik secara jelas aku sumbangkan pada instansi atau orang yang jelas "berusaha" namun tetap membutuhkan bantuan, daripada mereka yang berpangku tangan tanpa berusaha untuk mendapatkan kehidupan..
Lalu perasaan cemas kedua akibat ditekan oleh usia. Hari ini aku bertemu seorang teman lain setelah membeli kain. Dia bercerita tentang perspektif hidupnya yang semakin bertambah usia, semakin menemukan titik-titik sederhana. Jika dulu dia adalah seorang ambisius terhadap mimpi-mimpinya, kini ia berubah menjadi seorang manusia apa adanya yang mempunyai mimpi-mimpi sederhana. Menurutnya hal-hal sederhana menjadi lebih "menyenangkan" karena masih dalam jangkauan realistis sesuai dengan situasi lingkungan hidupnya. Aku tidak berkata apa-apa waktu itu, karena aku pun tidak tau bagaimana menjabarkan apa yang ingin dan tidak aku capai dalam hidup ini!
Aku memang merasa bahwa saat ini hal-hal yang aku harapkan memiliki radius yang lebih sempit. Meskipun radius-radius impian yang tinggi masih tetap terselip dalam angan-anganku walaupun itu sedikit tertutup! Saat ini aku hanya ingin hidup sederhana. Melakukan hal-hal yang aku suka tanpa harus mendengarkan riuh dunia. Namun aku cemas jika suatu hari nanti ketika usia ku semakin bertambah, banyak bagian-bagian dalam hidup ku yang berubah atau mungkin setiap impianku hanya tetap menjadi impian atau mungkin apa yang aku rencanakan semuanya sirna begitu saja tidak terjadi!
Malam-malam begini membuatku berfikir tentang banyak hal, Menambah perasaan-perasaan cemas baru yang tidak bisa aku tuliskan lagi. Tetapi aku yakin bahwa perasaan cemas ini adalah godaan untuk aku agar lebih berfikir bijaksana.. agar lebih mau untuk memahami dunia, yang tanpa pernah kita tahu bagaimana kedepannya. Perasaan cemas ini akan berlalu! Seiring pembelajaran hidup yang aku alami. Paling tidak aku akan terus berusaha untuk menjadi lebih baik, meskipun sedikit misuh tetap harus ada untuk menimpali orang-orang menyebalkan!
Sebagai penutup, sedikit cerita dari pembelajaran hidup yang pernah aku dapatkan, bahwa bagaimanapun juga setiap orang yang menjadi bahan "omongan" kita merupakan pribadi yang memiliki proses hidup masing-masing. Jika belum kenal baik terhadap proses hidupnya, lebih baik diam saja atau berkata yang baik-baik agar memunculkan kebaikan-kebaikan ajaib bagi hubungan sosial manusia lain. Sudah ya!
0 comments