Hujan lebat, traumatis dan rasa syukur
By Nada A. - January 21, 2018
Beberapa hari ini hujan turun cukup lebat. Setiap pagi dan malam selalu kedinginan karenanya. Selama tiga hari ini aku juga tidak keluar rumah untuk melakukank aktivitas, tetapi hari Kamis - Jumat kemarin aku bertugas untuk menjemput adikku pulang sekolah setiap sore. Semenjak banjir yang pernah terjadi pada bulan November lalu, aku menjadi takut jika harus kembali menerjang hujan lebat ataupun melewati jalanan tergenang yang cukup tinggi.
Awal mula aku menjadi trauma menghadapi hujan adalah karena aku kekeuh untuk berangkat kuliah, padahal satu hari sebelumnya hujan turun cukup lebat dari malam hingga pagi. Aku juga tidak menyangka jika daerah sekitar Yogyakarta akan mengalami banjir yang cukup dalam. Sehingga aku tidak terlalu keberatan untuk berangkat kuliah; yang harus menempuh 30 menit perjalanan dari rumah, disaat hujan sudah mulai tinggal rintik-rintik. Ketika aku ingin melewati jalan kampung untuk sampai ke jalan raya, lapangan tempat biasa untuk melakukan sholat idul fitri tergenang sampai habis! Air menggenang hingga jalanan kampung sedalam lutut orang dewasa.
Meskipun cukup was-was, aku mencoba untuk tetap santai dan melewati jalanan tersebut, knalpot motor sudah terendam sehingga aku berinisiatif untuk sedikit mendorongnya. Kurang lebih 100 meter aku melewati genangan banjir tersebut, aku sampai jalan raya! Jalan raya tidak tergenang air namun cukup kacau karena daun serta ranting pohon yang jatuh akibat hujan yang cukup lebat. Sepanjang perjalanan aku mengamati sekitar, banyak rumah sudah menyiapkan tanggul masing-masing untuk menghindari banjir. Aku masih mengenakan jas hujan, karena hujan yang turun tidak benar-benar berenti namun setidaknya hanya memiliki intensitas kecil.
Setelah masuk jalanan ringroad, hujan deras turun tanpa ampun! Aku yang sudah kedinginan demi mengikuti mata kuliah 3 sks ini tetap lanjut berangkat karena absensi yang sudah tidak bisa bolong lagi. Ketika melewati jalanan biasa, semua di kepung oleh banjir! Aku putar balik dan memutuskan untuk melewati jalanan ringroad. Betapa jalanan ringroad itu kejam bagi pengendara roda dua, kawan. Sungguh.
Aku menyusuri jalanan ringroad, kurang lebih 500 meter perjalanan, aku terjebak banjir di depan kampus pusat UAD. Banyak kendaraan yang mlipir ke jalan khusus roda empat karena genangan air yang cukup dalam. Aku mengikuti cara mereka, sedikit mengangkat dan menekan gas motor yang hampir ter-rendam oleh air. Alhamdulillah bisa, meskipun ketakutan setengah mati karena petir yang menyambar-nyambar.
Setelah melewati jalur kendaraan roda empat, aku kembali melewati jalur kendaraan roda dua karena kupikir jalanan sudah cukup bersahabat tidak tergenang air. Eh tiba-tiba ada bus datang, menyambar dengan kencang air yang tergenang di pinggir jalan, lalu terbang hingga mengguyur seluruh badanku hingga terasa seperti tenggelam! Aku hampir merasa mati pada saat itu! Setidaknya aku cukup beruntung karena jalanan jalur roda dua cukup sepi karena aku goyah dalam mengendarai akibat guyuran bus eek kuda!
Aku bilang apa, jalanan ringroad itu kejam. Sudah terkena guyuran maha dahsyat bus, beberapa kali setelahnya aku terkena guyuran mobil-mobil pribadi kaum borjuis dan harus berputar akibat jalanan ringroad yang kembali tergenang air!
Waktu normal perjalanan ke kampus menjadi sedikit panjang karena hujan. Aku lebih berhat-hati karena jalana yang licin dan juga traumatis akibat guyuran bus eek kuda dan mobil-mobil kaum borjuis! Satu jam kemudian aku baru sampai. Tentu saja dosenku sudah berada di dalam kelas, sambil berkacak pinggang karena banyak mahasiswanya yang terlambat datang.
Kurang lebih seperti itu cerita singkat kenapa aku sekarang trauma dengan hujan lebat dan genangan air. Kembali pada hari ini, dua hari lalu aku kehujanan karena menjemput adikku di sore hari. Hujan cukup lebat dan membuatku menggigil! Aku ingin berhenti, tetapi tidak enak hati karena pasti adikku sudah cukup lelah beraktivitas di sekolah. Untung saja tidak ada genangan air yang cukup dalam, sehingga kepanikanku masih bisa teratasi.
Selain menjemput adikku, sembari menikmati hujan yang turun, aku membuat zine dan menggambar beberapa ilustrasi serta membuat proyek pribadi untuk menghasilkan uang! Aamiin 98x minta doanya ya biar bisa terrealisasikan!
Pada dasarnya aku suka dengan hujan! Belum lagi aroma petrichor yang menyerbak disaat hujan turun. Aku sangat menyukainya! Bahkan jika hujan tidak lebat, aku memilih untuk tidak mengenakan jas hujan dan membuka kaca helm agar hujan mengguyur seluruh tubuhku dengan senang hati. Banyak hal dari hujan yang bisa disyukuri meskipun aku mengalami traumatis. Paling tidak udara disaat hujan itu dingin dan memiliki aroma petrichor yang menyenangkan!
Sudah ya! Sepertinya aku sudah banyak bercerita panjang lebar dan membosankan. Sampai jumpa di cerita lainy-lainnya//
Awal mula aku menjadi trauma menghadapi hujan adalah karena aku kekeuh untuk berangkat kuliah, padahal satu hari sebelumnya hujan turun cukup lebat dari malam hingga pagi. Aku juga tidak menyangka jika daerah sekitar Yogyakarta akan mengalami banjir yang cukup dalam. Sehingga aku tidak terlalu keberatan untuk berangkat kuliah; yang harus menempuh 30 menit perjalanan dari rumah, disaat hujan sudah mulai tinggal rintik-rintik. Ketika aku ingin melewati jalan kampung untuk sampai ke jalan raya, lapangan tempat biasa untuk melakukan sholat idul fitri tergenang sampai habis! Air menggenang hingga jalanan kampung sedalam lutut orang dewasa.
Meskipun cukup was-was, aku mencoba untuk tetap santai dan melewati jalanan tersebut, knalpot motor sudah terendam sehingga aku berinisiatif untuk sedikit mendorongnya. Kurang lebih 100 meter aku melewati genangan banjir tersebut, aku sampai jalan raya! Jalan raya tidak tergenang air namun cukup kacau karena daun serta ranting pohon yang jatuh akibat hujan yang cukup lebat. Sepanjang perjalanan aku mengamati sekitar, banyak rumah sudah menyiapkan tanggul masing-masing untuk menghindari banjir. Aku masih mengenakan jas hujan, karena hujan yang turun tidak benar-benar berenti namun setidaknya hanya memiliki intensitas kecil.
Setelah masuk jalanan ringroad, hujan deras turun tanpa ampun! Aku yang sudah kedinginan demi mengikuti mata kuliah 3 sks ini tetap lanjut berangkat karena absensi yang sudah tidak bisa bolong lagi. Ketika melewati jalanan biasa, semua di kepung oleh banjir! Aku putar balik dan memutuskan untuk melewati jalanan ringroad. Betapa jalanan ringroad itu kejam bagi pengendara roda dua, kawan. Sungguh.
Aku menyusuri jalanan ringroad, kurang lebih 500 meter perjalanan, aku terjebak banjir di depan kampus pusat UAD. Banyak kendaraan yang mlipir ke jalan khusus roda empat karena genangan air yang cukup dalam. Aku mengikuti cara mereka, sedikit mengangkat dan menekan gas motor yang hampir ter-rendam oleh air. Alhamdulillah bisa, meskipun ketakutan setengah mati karena petir yang menyambar-nyambar.
Setelah melewati jalur kendaraan roda empat, aku kembali melewati jalur kendaraan roda dua karena kupikir jalanan sudah cukup bersahabat tidak tergenang air. Eh tiba-tiba ada bus datang, menyambar dengan kencang air yang tergenang di pinggir jalan, lalu terbang hingga mengguyur seluruh badanku hingga terasa seperti tenggelam! Aku hampir merasa mati pada saat itu! Setidaknya aku cukup beruntung karena jalanan jalur roda dua cukup sepi karena aku goyah dalam mengendarai akibat guyuran bus eek kuda!
Aku bilang apa, jalanan ringroad itu kejam. Sudah terkena guyuran maha dahsyat bus, beberapa kali setelahnya aku terkena guyuran mobil-mobil pribadi kaum borjuis dan harus berputar akibat jalanan ringroad yang kembali tergenang air!
Waktu normal perjalanan ke kampus menjadi sedikit panjang karena hujan. Aku lebih berhat-hati karena jalana yang licin dan juga traumatis akibat guyuran bus eek kuda dan mobil-mobil kaum borjuis! Satu jam kemudian aku baru sampai. Tentu saja dosenku sudah berada di dalam kelas, sambil berkacak pinggang karena banyak mahasiswanya yang terlambat datang.
Kurang lebih seperti itu cerita singkat kenapa aku sekarang trauma dengan hujan lebat dan genangan air. Kembali pada hari ini, dua hari lalu aku kehujanan karena menjemput adikku di sore hari. Hujan cukup lebat dan membuatku menggigil! Aku ingin berhenti, tetapi tidak enak hati karena pasti adikku sudah cukup lelah beraktivitas di sekolah. Untung saja tidak ada genangan air yang cukup dalam, sehingga kepanikanku masih bisa teratasi.
Selain menjemput adikku, sembari menikmati hujan yang turun, aku membuat zine dan menggambar beberapa ilustrasi serta membuat proyek pribadi untuk menghasilkan uang! Aamiin 98x minta doanya ya biar bisa terrealisasikan!
Pada dasarnya aku suka dengan hujan! Belum lagi aroma petrichor yang menyerbak disaat hujan turun. Aku sangat menyukainya! Bahkan jika hujan tidak lebat, aku memilih untuk tidak mengenakan jas hujan dan membuka kaca helm agar hujan mengguyur seluruh tubuhku dengan senang hati. Banyak hal dari hujan yang bisa disyukuri meskipun aku mengalami traumatis. Paling tidak udara disaat hujan itu dingin dan memiliki aroma petrichor yang menyenangkan!
Sudah ya! Sepertinya aku sudah banyak bercerita panjang lebar dan membosankan. Sampai jumpa di cerita lainy-lainnya//
0 comments