Setelah seminggu berlalu

By Nada A. - February 06, 2018

Menjalani kuliah perdana setelah hiatus selama kurang lebih dua bulan adalah sebuah ujian yang begitu berat. Bagaimana tidak, sesi hibernasi dari keriuhan perkuliahan hanya aku habiskan dengan segala bentuk hal-hal sederhana tanpa pergi kemana-mana; mandi-nonton film-makan-baca novel-nonton film-pergi bersama teman/menjemput adik/pergi ke perpus-makan-mandi-nonton film-tidur. Gambaran sederhana dari inti kegiatanku selama liburan hanya terus berputar-putar seperti itu hingga aku menemukan titik kebosanan, lalu kemudian pergi bersepeda dan merenungkan segalanya.

Ibu kesal karena aku sering sekali menatap layar sebesar 14 inch ketika liburan. Beliao bilang, "Dah sana jadi pengamat film aja!" Bilangnya sambil teriak-teriak, geleng-geleng kepala sambil menampol keningku. Perkataan Ibu adalah sebuah doa, semoga perkataan kesalnya tersebut juga menjadi sebuah doa untuk memudahkan langkahku ke depan.

Semester ini adalah sebuah semester yang berbeda. Aku dihadapkan pada empat pilihan konsentrasi untuk dijadikan pegangan yang dibawa hingga lulus nanti. Diantara empat konsentrasi, aku menambatkan hati pada konsentrasi jurnalistik meskipun ketika ramai teman-teman membicarakan pilihan, aku mantap ingin menekuni periklanan.. namun hati manusia memang tidak ada yang tahu bukan bagaimananya?

Aku mengambil jurnalistik karena memang sudah sejak duduk di bangku smp, Bapak mengarahkanku untuk menyukai dunia menulis. Asumsiku saat ini adalah bahwa sebenarnya Bapak ingin mengarahkanku agar bisa meneruskan cita-citanya yang tidak kesampean untuk menjadi seorang wartawan berita televisi, asumsi ini berdasarkan feeling seorang anak kepada Bapaknya saja ya pemirsa! Pada dasarnya aku mengambil konsentrasi jurnalistik adalah untuk menjadi jembatan dalam mewujudkan impianku menjadi perempuan pemberani. Mungkin saja maksud dari impianku untuk menjadi "perempuan pemberani" masih memiliki makna terselubung dibalik maksud kata yang sebenarnya. Pokoknya ya gitu lah, filosofinya terselubung.

Bingo! Percaya tidak meskipun pada hari pertama hingga hari ketiga memasuki semester baru dalam perkuliahan, aku merasa tersiksa setengah hidup karena jadwal kuliah yang hampir setiap hari dari lima hari yang ada dijadwalkan pada pagi hari! Meskipun demikian, ternyata setelah seminggu berlalu, aku benar-benar merasakan manfaat lebih baik seperti saat dulu duduk di bangku sma yang juga mengharuskan kita untuk masuk sekolah tidak lebih dari jam 7 pagi. Akan ada segala yang baik dari sebuah perasaan didzolimi dalam hidup, betul tidak?

Selain perasaan luar biasa karena telah menyadari keajaiban dari kuliah dengan jadwal pagi, aku juga merasakan perasaan luar biasa lain karena mendengarkan beberapa cerita dari dosen-dosen yang berkecimpung dalam dunia jurnalistik ketika sesi perkuliahan. Ketika mereka bercerita tentang segala sedih hingga senangnya menjadi seorang jurnalis, aku merasa menarik diriku untuk berada di posisi mereka, membayangkan bahwa aku sudah menjadi jurnalis dan mengalami segala bentuk perasaan tersebut secara nyata. Aku merasa ciut, terutama mentalku yang tidak seberapa ini, namun aku juga merasa bersemangat untuk ingin tau lebih dalam! Bagaimanapun aku sudah memiliki komitmen dan juga ketertarikan, tidak boleh berbelok-belok ataupun menyerah.

Aku tidak sabar untuk segera mendapatkan tugas produksi media, meskipun aku tahu pasti ketika tugas itu benar-benar diberikan aku akan sambat tanpa sebab. Aku juga tidak sabar untuk melakukan perjalanan-perjalanan spiritual guna mendapatkan pencerahan agar bisa mendapatkan sebuah berita. Aku tidak sabar untuk melihat hal tidak terduga lainnya yang bisa aku lakukan sebagai mahasiswa yang memilih konsentrasi jurnalistik.

Setelah seminggu berlalu, aku banyak terkejut karena mendapatkan segala bentuk pembelajaran yang tidak terduga sekaligus awal dari hal-hal tidak terduga lainnya yang akan terus datang. Pada intinya aku senang karena setelah seminggu berlalu, aku benar-benar merasa menang. Aku merasa menang dari diriku sendiri, karena aku bisa merasa tepat memilih apa yang membuatku menjadi diri sendiri tanpa harus melihat apakah pilihan tersebut memiliki lingkungan yang membuatku nyaman atau tidak.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments