Menilik masa kecil

By Nada A. - January 22, 2018

Pernah tidak merasakan betapa waktu berjalan cepat? Membayangkan betapa banyak waktu yang telah kita habiskan tanpa banyak dipikirkan hingga tau-tau sudah sebesar ini, sedewasa ini atau seberhasil ini? Akhir-akhir ini aku sering merasakannya. Bahkan aku tidak percaya jika aku telah mencapai titik ini. Banyak titik dalam hidupku yang tidak selalu berjalan dengan semestinya, toh ini kehendak Tuhan, mau sambat nanti pamali, jadi ya syukuri saja apa yang telah terjadi. Begitulah kataku kepada diri sendiri, setiap kali ingin menyalahkan takdir hidup yang padahal sudah digariskan sejak dahulu kala oleh sang Gusti.

doc. pribadi // berpose setelah melihat pertunjukan koboi
Kemarin malam aku menemukan album masa kecil. Lebih tepatnya menemukan album ketika pertama kali berlibur ke taman safari tanpa orang tua. Setelah ku ingat-ingat, aku pergi ke rumah saudara di Bogor hanya bersama kakak dan juga Budhe ku selama dua minggu penuh. Mungkin itu ketika libur sekolah, atau aku meliburkan diri agar bisa ikut atau mungkin aku tidak ingat dalam rangka apa aku kesana. Oh aku tau, sepertinya aku berkunjung ke Bogor untuk melihat keadaan kakek dan nenek ku yang pindah kesana setelah gempa Jogja tahun 2006. Sedikit informasi, rumah simbahku pada saat itu hancur lebur, tidak terlalu lebur tetapi cukup parah sehingga diharuskan untuk mengungsi.

Ingatanku tentang gempa Jogja 2006 tidak begitu baik, tetapi aku bisa mengingat-ingatnya sedikit. Namun jika aku menuliskannya disini, topik pembicaraan ku jadi berantakan dong? Sudah. Mari kembali pada album masa kecil saja.

Foto-foto dalam album itu mengingatkanku akan banyak hal. Aku merasa kejadian tersebut baru saja terjadi. Beberapa foto aku kirimkan kepada saudaraku yang ada di Bogor, dia membalas dengan cepat dan tidak percaya bahwa gadis kecil yang ada di dalam foto tersebut dengan kedua jari menandakan “peace” adalah dia. Kami tertawa via text dan juga emoji tertawa yang mengeluarkan air mata. Hal yang menyenangkan adalah membuat orang lain merasa senang. Bahkan dengan satu kali jepretan foto masa lalu yang dikirimkan ulang.

Aku ditarik untuk kembali pada masa kecil itu. Aku melihat Nada kecil menangis di dalam kamar, sendirian dan merindukan Ibunya serta ingin segera pulang. Sementara kunjungan di Bogor masih akan berakhir satu minggu lagi, kalau tidak salah. Sejak kecil aku bukan tipe anak yang banyak bicara, sama seperti saat ini. Arah pembicaraan yang tenang dan tidak berisi banyak basa-basi merupakan kriteria ku ketika ingin bersuara. Maka dari itu ketika aku merindukan Ibuku, aku tidak mengatakan kepada kakak ataupun Budheku, toh itu urusan pribadi yang hanya bisa diselesaikan dengan berkontemplasi. Karena pada dasarnya aku tidak ingin orang lain ikut campur terhadap urusan pribadiku, begitu pula aku tidak ingin masuk kedalam urusan pribadi orang lain. Betapa aturan hidup itu sesungguhnya sederhana bukan?

Mengingat-ingat tentang banyak hal di masa lalu itu menyenangkan. Apalagi separuh ingatan itu merupakan kenangan pada masa kecil. Bukan bermaksud untuk sombong ataupun hiperbol terhadap situasi, tetapi ketika aku kecil, aku merupakan kegemaran setiap orang meskipun pendiam dan juga suka cemberut! Menurut cerita dari saudara laki-laki ku yang jauh lebih tua dariku, aku sangat mudah menangis dan juga punya banyak tingkah tidak terduga yang membuat mereka gemar melakukan hal jahil agar aku menangis dan mengadu. Oh payah, betapa lemahnya aku ketika kecil dulu!

Kunjungan ku ke Bogor tanpa orangtua tentu saja berisi banyak hal-hal menyenangkan, meskipun hanya saat ke taman safari saja bisa mengabadikan beberapa gambar. Jalanan Bogor naik turun, pergi ke supermarket sembari berjalan kaki bersama saudara untuk membeli es krim itu menyenangkan! Tidak lupa juga kami pergi berenang ditengah dinginnya Bogor sebagai kota hujan. Serta pergi ke taman kompleks dan berfoto bersama patung selamat datang serta menghabiskan waktu sore hari untuk berjalan-jalan tanpa tujuan mau ngapain. Masa kecil itu sederhana, bahkan ketika kita tidak tau harus melakukan apa.

doc. pribadi // ternyata aku punya foto berpose di patung depan kompleks!
Bagaimanapun juga masa kecil bisa menjadi kenangan yang menghibur. Menjadi pengingat tentang betapa sudah tumbuh besarnya kita selama ini. Melewati banyak kesedihan-kesedihan sederhana dan juga kebahagiaan yang tidak terlupakan selamanya. 

  • Share:

You Might Also Like

2 comments

  1. syaaaf!! Aku baca!!
    seneng blogmu aktif lagii. keep writing ya! Im your loyal silent reader! *cheers! :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sinta!!!! Aku baru sadar kalo ada komen, maaaf ya baru terbalas. Terimakasih sudah menjadi pembaca setia! Aku juga suka diam-diam buka blogmu terus tenggelam dalam setiap cerita disana.. *cheers*

      Delete