Dariku Kepada Diriku

By Nada A. - April 03, 2016

Kamu sekarang suka begadang, menyalurkan hobi menulismu kedalam sebuah website konvensional yang sering digunakan orang - orang berbagi cerita tentang mimpi dan harapan-harapan mereka. Bagimu, menulis bukan sekedar hobi, lebih dari itu, menulis menurutmu adalah melepaskan diri dari segala kata yang ingin engkau ungkapkan dari dalam hati.

Kamu terlalu banyak diam. Tidak sanggup mengungkapkan apa yang sejatinya hati ingin utarakan. Kamu terus menahan-nahan, padahal aku sudah memberi sugesti agar berani mengungkapkan. Apa memang sejatinya kamu ditakdirkan untuk selalu memendam perasaan? Lalu, apa guna aku disini jika tidak ada kemauan perubahan dalam dirimu?




***

Siapa bilang aku tidak bisa berubah? Siapa bilang aku tidak mau berubah? Kamu terlalu banyak memberikan generalisasi terhadap tindak tanduk ku. Beberapa benar, tetapi tidak sedikit salahnya. Aku tidak berusaha menahan apa yang ingin aku ungkapkan, namun lebih kepada 'menunggu waktu yang tepat'.

Apa kamu tahu, bagaiamana perasaanku saat seharusnya aku mengungkapkan namun tak kunjung ter realisasikan? Penyesalan. Bahkan itu terkadang membuatku malu, karena bodoh sekali aku menyia-nyiakan kesempatan yang seharusnya bisa aku manfaatkan. Ini masalah kesempatan, Bung. Bukan perihal kepribadian.

Jika kamu memahami, aku pernah melampaui zona nyamanku- berinteraksi bersama orang-orang yang dulu pernah melukaiku, dengan perspektif mereka terhadap caraku bertindak. Aku pernah mencoba membaur bersama mereka yang menganggapku aneh. Namun lagi-lagi, tatapan sinis mereka membuatku berhenti untuk meneruskan niatku memperbaiki keadaan.

Lalu kemudian, aku memilih menghindarinya daripada memperbaikinya. Aku memulai lembaran baru, dengan menghadirkanmu sebagai tokoh penggantiku.

***

Baiklah, maaf atas generalisasiku yang terlalu blakblakan. Seharusnya, aku menggunakan kata lain agar perasaanmu yang mudah tersinggung itu tidak menilai aku sedang mencelamu. Maafkan aku juga, menjelma menjadi kamu membuatku tahu bahwa didalam hatimu tersimpan banyak luka yang belum terobati. Aku tidak bermaksud berjalan jauh, sungguh.

Aku menemukan beberapa luka di hatimu, salah satunya mengapa kamu menjadi seorang yang suka memikirkan hal-hal negatif di dalam benakmu saat menghadapi keterasingan. Kamu selalu dianggap asing, bahkan oleh saudaramu sendiri. Bahkan dihadapan saudara-saudaramu, kamu tidak banyak diketahui.

Bagiku, diam mu kebanyakan. Seharusnya kamu mencoba untuk berkata, meskipun dalam keadaan yang membuatmu tidak nyaman. Keberanian adalah kuncinya, jika kamu bisa mengeluarkannya, aku berjanji akan berhenti menjelma menjadi kamu. Mari aku bantu^^

***

Jangan mengorek luka dihatiku terlalu dalam. Itu sudah terobati, namun hanya saja belum benar-benar bisa kulupakan rasa sakitnya. Berhenti berjalan terlalu jauh, aku tahu kamu berbohong kepadaku.

Semua orang selalu begitu, menganggap asing hal-hal disekitar mereka yang terlihat aneh. Bagi mereka, aku aneh karena terlalu banyak kata di dunia maya namun diam seribu bahasa saat bertatap muka. Itulah mengapa aku menciptakanmu agar menjadi penggantiku.

Diamku ini beralasan, karena aku tidak ingin banyak berbicara tentang hal-hal tidak penting dan karena aku ini minim kata dalam benakku. Namun punya banyak kata  yang bisa kuungkapkan saat jariku bergerak mencumbui setiap digit keyboard laptop ku. Makannya aku menulis, agar bisa berbicara dan tidak hilang suara.

Diam-diam, aku sedang mengumpulkan puing-puing keberanianku yang sempat berserakan karena diguncang ketidakpercayaan diri yang sempat menjatuhkan. Sekarang, sudah tidak apa-apa bagiku dipandang sinis oleh orang lain disekitarku. Jadi, tidak usah menjadi pahlawan dengan mencoba membantuku agar mempunyai keberanian.

***

Ooops, apa aku terlalu banyak bicara? Sayangnya aku tadi Subuh sedang mengintip luka dihatimu yang lain. Tapi tenang saja, kali ini aku tidak akan menceritakannya. Aku tidak berbohong kan?

Tidak, tidak semua orang selalu menganggap asing hal-hal aneh. Ubahlah perspektif itu. Cari sudut kebahagiaan lain. Jangan menjadikan hal-hal umum menjadi penghibur atas keterasinganmu, tetapi buatlah dunia dalam pandanganmu sendiri.

Buatlah dirimu bermakna, meskipun dengan tampang biasa saja dan standar tidak mengesankan. Ada hal unik dalam dirimu, meskipun diluar darimu mereka tidak menemukannya. Percantiklah dalam dirimu, niscaya kamu akan menemukan kebahagian meskipun dalam keterasingan.

Lagipula, siap sangka jika kamu itu diasingkan namun bisa menciptakan keabadaian melalui tulisan? Dan siapa yang akan tahu, jika mereka yang mengasingkanmu akan dilupakan karena tidak merangkai kata dalam benaknya dengan menulis?

Jadi, teruslah menulis agar pada suatu hari ketersinganmu bisa luruh runtuh. Dan namamu bisa dikenang dalam keabadian setiap kata yang engkau tuliskan.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments