Mau Patah Rasanya

By Nada A. - December 12, 2019



Orang-orang terlihat berlari dan berhasil merengkuh hasil dari jerih payahnya. Aku mendongak ke atas, mempertanyakan keberadaanku kepada semesta: tentang bagaimana aku seakan-akan tetap berjalan di tempat, sementara lainnya sanggup berlari dan menuai hasilnya.

Rasanya senang, namun, tidak dapat dipungkiri juga jika sedih sesekali singgah untuk mempertanyakan sebabnya. Nyatanya, tidak elok jika mengkerdilkan diri ketika melihat setiap gemerlap yang dimiliki orang lain.


Mau patah rasanya, baik hati maupun pikiran. Melihat banyak kenyataan yang ternyata tidak sejalan. Mau patah rasanya, ketika pikiran ingin berlari ke depan, tetapi raga selalu kemana-mana, melakukan hal-hal nirfaedah yang menyedihkan. Mau patah rasanya, beranjak menapaki kehidupan dewasa dan kehilangan banyak teman untuk bercerita. Mau patah rasanya, mau patah, patah, patah, patah, dan hancur hingga lupa bagaimana rasanya sakit karena ditinggalkan.

Namanya juga manusia, kapan pun pasti tidak akan pernah mencapai titik kepuasannya. Ternyata memang benar apa yang dikata oleh banyak orang, bahwa bersyukur memanglah kuncinya. Meskipun harus susah payah dan bertanya-tanya, setidaknya dengan bersyukur aku dapat sedikit bernafas lega, mencerna jawaban semesta yang secara tersirat memang selalu tidak pernah terduga. Huf!

  • Share:

You Might Also Like

0 comments