The Beginner#2
By Nada A. - April 23, 2015
21/04/2015
Perjalanan kami terbilang cukup lama, karena persiapan fisik yang kurang membuat kami mudah lelah dan sesak. Empat orang teman kami sudah berada di atas sejak tadi; mungkin sudah hampir satu jam sebelum kami sampai. Sesampainya di atas, mereka yang sudah datang sejak tadi bergegas turun untuk menyusul dua teman kami yang masih berada dibawah. Aku dan Arum terbuai untuk melewati jalan setapak menuju puncak Gunung Andong, karena katanya diatas sana ada warung. Kami ingin membeli makan untuk mengisi perut yang keroncongan. Sementara yang lain memilih untuk beristirahat dan menunggu kami diseberang gunung lain.
Sekitar 15 menit, aku dan Arum sudah hampir sampai di puncak gunung Andong sisi lain. Segera mungkin menuju warung tersebut dan memesan bekal makanan untuk kami semua. Ketika aku menoleh kebelakang, kabut sudah benar- benar menyelimuti kami. Menutup jarak pandang antara kami dengan teman- teman yang berada dilain sisi gunung. Mereka sudah berteriak meminta kami untuk segera kembali karena hujan akan turun. Aku dan Arum tidak berani turun dengan kabut yang begitu pekat. Dengan meminta bantuan seorang mas- mas yang sudah sepuluh hari berada dipuncak, kami turun bersama. Aku lupa dengan nama masnya, sebut saja mas B. Dia begitu baik karena tanpa pamrih mengantar kami. Setelah kami hampir sampai, hujan benar- benar turun membasahi kami. Teman- teman yang lain sudah mengenakan jas hujannya. Sementara aku dan Arum lemas, rasanya sudah tidak kuat lagi untuk berjalan karena melihat teman- teman yang lain begitu menggigil menunggu kami.
Banyak bantuan. Alhamdulillah. Diantara kami, ada seorang bapak yang sudah sepuh. Ia membantu kami turun dengan sabar. Katanya, Bapak itu juga baru dari puncak dan akan turun. Hujan begitu deras dan suara gemuruh mengiringi kami turun dengan jalanan licin. Kami bertemu dengan pendaki lain; yang tentunya lebih berpengalaman. Mereka ingin ke puncak, tetapi hujan membuat mereka berhenti dan berpikir ulang. Salah satu dari anggota mereka, bergabung bersama kami untuk turun ke basecamp karena terlalu lelah mendaki setelah sebelumnya mendaki merbabu. Selama perjalanan, tak henti- hentinya aku berdzikir. Memohon kepada Tuhan untuk menguatkan teman- teman dan menyelamatkan kami. Percayalah, pendaki pemula belum siap menghadapi keadaan gunung seperti itu.
Berjalan dengan lamban. Menginjak setiap rumput yang tumbuh diantara jalur tanah yang licin dengan kaki telanjang. Kerutan dikulit tangan dan kaki kami sudah semakin kentara. Basecamp masih terbilang jauh dan hujan masih terus mengguyur kami. Dengan jas hujan sederhana, perlengkapan kami tidak sepenuhnya aman dari basah. Kami merosot di setiap tanjakan yang dirasa cukup licin. Kami begitu kotor dan basah. Jantung berdegup semakin kuat. Begitu takut untuk menghadapi semua ini. Kami saling berpengangan tangan satu sama lain, saling menguatkan dan melindungi. Beberapa dari kami tumbang, namun tidak begitu parah dan masih bisa untuk bertahan hingga basecamp. Kami tidak banyak berbicara, hanya diam dan melafadzkan dzikir untuk yang Kuasa agar semua baik- baik saja. Cuaca benar- benar sedang tidak bersahabat dengan pendaki pemula. Atau mungkin pendaki pemula yang tidak tau waktu mendaki yang tepat. Namun semua telah terjadi. Tidak baik menyesali apa yang sudah terjadi. Bukan begitu?
Akhirnya setelah hampir dua jam lebih kami turun, seorang petugas basecamp datang dan mengevakuasi dua teman kami menggunakan sepeda motor. Jalanan sudah tidak semenantang ketika diatas. Empat teman yang turun, sudah berada dibawah sedari tadi. Mereka juga kehujanan tetapi tidak sebasah kami. Aku, Sinta, dan Winda berjalan paling belakang. Kami bertiga menikmati saat- saat ketika berada diatas. Kami sudah bisa tertawa, menikmati bekal yang tidak sempat kami habiskan dipuncak. Kami juga melontarkan banyolan untuk menghapus rasa tegang yang masih kentara diwajah.
Dan pada akhirnya, kami semakin bersyukur; karena Tuhan telah mengirimkan orang- orang baik untuk membantu kami. Kami juga besyukur karena semua baik- baik saja. Aku bangga dengan kalian! Aku tidak akan pernah melupakan pendakian pertamaku ini. Percayalah.
0 comments