Pikiran Baik yang Perlu di Jaga

By Nada A. - January 14, 2019


catatan singkat perjalanan tiga tahun kebelakang

2016

Saya kalah dalam mempertahankan diri menjadi anak rantau. Jika ditanya kenapa, ada beberapa hal yang saya sendiri pun tidak paham kenapa bisa terjadi. Namun, ketika ditanya bagaimana perasaannya? Tentu saja waktu itu saya hancur. Hampir lebur jika tidak terselamatkan dengan sebuah pekerjaan paruh waktu. Rasanya sungguh berat, sungguh, sungguh saya tidak tahu lagi bagaimana menanggung rasa sakit saya waktu itu. Tetapi, roda takdir yang berputar tidak bisa terelakkan. Pengabdian saya sebagai anak, harus terus berjalan. Jika tidak, bisa jadi saya termasuk dalam golongan anak durhaka. 

Meski harus tertatih dalam bayangan rasa sakit—sebenarnya ini rahasia, tapi mari saya ungkapkan disini, toh juga sudah jadi cerita lama—saya mencoba mencari alternatif agar kesedihan mengingat semua kenangan satu tahun di tanah rantau, bisa sedikit terobati. Mulai dari mendaftar kepanitiaan dan mengikuti organisasi disana-sini, hingga sampai pada satu titik dimana saya mencoba untuk bekerja paruh waktu. Pekerjaan yang saya ambil terbilang cukup mudah, tidak menguras banyak waktu, dan terpenting bisa menjadi pengalihan saya agar tidak melulu mengingat Malang. Hari ke hari berganti bulan, rasa sakit saya perlahan hilang. Jika pada awal kepindahan, setiap malam saya sering menangis sembari melihat-lihat galeri foto, berkat segala pengalaman baru yang saya buat, perasaan saya berubah menjadi lebih kuat. Meski ketika melakukan video call bersama teman-teman disana, saya masih sering menangis rindu.

Setelah mencoba untuk bertahan dari perubahan yang tidak dikehendaki, akhirnya saya bisa belajar sedikit demi sedikit mengenali diri sendiri. Saya masih sering mengasihani diri sendiri setiap malam sebelum tidur, tetapi terus berusaha meningkatkan kualitas diri setelahnya. Perpindahan itu tidak akan pernah bisa saya lupakan. Namun, saya juga tidak boleh terus-menerus hanyut dalam rasa sedih. Pada tahun 2016, saya mencoba untuk sembuh dari rasa takut dan memaafkan diri sendiri.

2017

Saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja paruh waktu di tahun ini. Tidak tahu kenapa, setelah merasakan memiliki penghasilan sendiri, saya menjadi ketagihan untuk mengumpulkan uang. Selain saya nikmati sendiri tanpa meminta lagi uang saku, secara cepat ataupun lambat, hasil tersebut juga saya gunakan untuk keperluan keluarga. Proses pendewasaan saya terjadi di tahun ini. Banyak teman-teman yang bertanya, kenapa saya tidak mengikuti organisasi di kampus? Lalu saya cuma cengar-cengir tanpa memberikan jawabannya. Setelah saya renungi, selain karena sebenarnya saya memang tidak berniat mengikuti organisasi di kampus lantaran memang tidak tertarik untuk bergabung, saya lebih suka berada dalam sebuah perkumpulan yang berjalan secara continues. Maksudnya berada dalam satu wadah yang terdiri dari beberapa latar belakang berbeda secara terus-menerus mengalir alias berganti. Jadi, saya berfikir bahwa mengikuti kepanitiaan / volunteering / bekerja dirasa lebih tepat untuk saya mengembangkan soft skills. Kita tahu bahwa semua orang itu tidak sama, kan?

Mengikuti kepanitiaan di luar kampus, juga terbilang tidak mudah. Di tahun ini saja, saya mengalami banyak penolakan ketika mendaftarkan diri sebagai volunteer. Tapi tidak apa, karena memasuki pertengahan tahun, pekerjaan saya masih terbilang cukup menyenangkan untuk dijalani. Sehingga, selain menjalani kuliah yang begitu-begitu saja, saya masih bisa mendapatkan kewarasan dengan melakukan pekerjaan paruh waktu. Hingga di akhir tahun, saya berkesempatan mengurus sebuah festival film pelajar yang berlangsung selama dua hari.

Hari demi hari yang saya jalani pun tidak selambat di tahun sebelumnya. Hari saya lebih hidup berkat bertemu banyak orang-orang baru, yang secara tidak langsung berkontribusi membentuk pribadi saya menjadi lebih baik. Pikiran saya mulai sepenuhnya terbuka dan lepas dari kesedihan. Tidak ada lagi kesedihan tentang tanah rantau, itu yang saya tanamkan untuk pikiran saya sendiri. Selain itu, saya juga sadar bahwa hidup tidak selalu tentang diri sendiri. Apa yang saya kehendaki, belum tentu baik untuk diri saya. Manusia bisa berencana, tetapi roda takdir semesta yang menentukan bagaimana rencana tersebut berjalan.

2018

Setelah semua termaafkan, rasanya tubuh saya terisi enerji positif di tahun ini. Hal-hal baik datang memberikan saya banyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkk sekali teman dan pengalaman baru. Awal bulan hingga menuju Juni, saya bergabung dalam sebuah komunitas literasi. Selain melakukan proyek menulis tokoh, kebetulan sekali saya ikut-ikutan terlibat untuk menulis dan mewawancarai para pengisi acara di Mocosik 2018! Perasaan saya waktu itu sangat gembira, apalagi ketika tahu kalau Tulus menjadi salah satu bintang tamu. Langsung tak booking agar saya yang mewawancarainya! Rasa-rasanya, saya betulan menjadi jurnalis professional yang berada di back stage menunggu para artis tampil agar setelahnya bisa dimintai keterangan. Sedikit tercengang, menjadi orang back stage itu ternyata ada enaknya juga meski harus melihat penampilan para artis yang tampil melalui sisi belakang layar tancap.

Hari pertama Mocosik saya habiskan dengan menunggu & mewawancarai Frau. Lalu setelahnya, dihari yang sama, saya membantu seorang pedangang untuk menjaga stand buku salah satu penerbit Bandung yang membuka dagangannya di Mocosik. Hal yang menjadi pertanyaan bagi saya hingga saat ini, adalah berapa uang yang saya dapatkan selama 5 jam menunggu? Belum sempat saya nikmati hasilnya, tidak tahu kenapa atm saya sudah terkikis menjadi 40 ribu rupiah. Lalu di hari kedua, kesempatan saya untuk bertemu Tulus berhadiah pula menemani seorang teman mewawacarai Tompi! Sehingga di hari tersebut, dua kali saya berkesempatan ‘mencicip’ rasanya menjadi wartawan infotaiment. Ha.. ha.. ha.. Di tahun ini, saya sudah berhenti bekerja paruh waktu. Eh tapi, ndilalah proyek menulis yang bertajuk ‘Volunteer’ ini ada bayarannya. Jadi, saya mendapatkan bonus kebahagiaan tersendiri untuk hobi yang dibayar ini.

Waktu berjalan begitu cepat di tahun ini. Selain karena saya menggunakan kalender yang dibuat sendiri, hal-hal tidak terduga juga banyak terjadi. Saya masih mendapatkan banyak penolakan disaat mendaftarkan diri sebagai volunteer. Tetapi, dibalik hal tersebut malah menggiring saya pada kegiatan lain yang sebelumnya tidak bisa saya realisasikan. Pergi ke Bali, menjadi panitia di Ubud Writers & Readers Festival. Ditambah, menjadi bagian dari Jogja International Heritage Walk #10. Pokoknya di tahun ini saya merasa lebih berkembang. Saya patahkan segala rasa khawatir dan ketakutan yang saya miliki!

***

  • Share:

You Might Also Like

0 comments