Baru saja kemarin aku mensyukuri nikmat setelah menjalankan seminggu kuliah perdana. Eh lha kok, hari ini aku mendapatkan serangan dari dosen akibat kelalaian. Memang pada dasarnya ini adalah kesalahanku yang tidak cermat dalam memahami perintah dosen dalam mengerjakan tugas, tapi kan aku sudah semalaman membaca buku dan mencatatnya di buku catatan. Pada intinya aku sudah mengerjakan lho buk.
Kesalahan pertama aku tidak mencetak tugas
Kesalahan kedua aku menulis resume di buku catatanku yang berbentuk lembaran kertas polos
Kesalahan ketiga aku menulis dengan tinta merah
Aku heran kenapa masih saja ada dosen yang memiliki cara pandang otoriter dalam mendidik mahasiswanya dibalik kata "agar kalian disiplin". Apakah tidak bisa untuk melihat terlebih dahulu hasil catatanku, meskipun aku baru tau bahwa menulis menggunakan tinta merah itu merupakan hal yang fatal dan aku tidak bermaksud melakukannya. Lha wong aku mikir tugasnya cuma dibahas doang. Aku memang salah tetapi aku berani di uji untuk dihujani segala pertanyaan terkait materi yang telah ku resume semalaman meskipun tampilan tugasku tidak sesuai yang dianjurkan!
Kodrat sebagai seorang wanita yang setiap bulan di datangi tanda merah membuatku semakin kesal dengan kesalahan tugas yang telah ku kerjakan dengan cara yang salah. Aku kesal dengan diriku sendiri! Hehe, nggak ding, chill, xoxo
Ada sebuah hierarki bernama keterlambatan. Peraturan pertama "kuliah dimulai pukul 8, mahasiswa dilarang telat." Peraturan tersebut ditujukan untuk mahasiswa yang hanya memilki kewajiban untuk menuntut ilmu dibangku kuliah, tidak ada alasan satu menit pun terlambat kecuali memang benar mengalami "kondisi parah". Kaum seperti itu dikategorikan dalam kaum penurut, tidak boleh membantah, apalagi beralasan macam-macam. Peraturan kedua "beliao adalah yang maha-perlu-dimengerti", beliao adalah dosen yang memiliki jam terbang padat, harus juga menjalankan kuliah dalam tingkatan strata tiga, dan juga memiliki keluarga. Hidupnya sudah riuh, tidak seperti mahasiswa yang kebanyakam memiliki waktu fleksibel dan bisanya bersenang-senang saja.
Tanda merah ini datang dan sedang memasuki hari kedua, hari dimana sakitnya bisa mempengaruhi segala lini perasaan. Kena semprot dosen adalah sebuah kenikmatan yang bisa dikenang ketika sudah purna masa belajar. Aku cukup mensyukurinya meskipun dengan perasaan kesal dan membuat hari Rabu ku terasa begitu menyeramkan dengan kondisi perasaan yang tidak tau mau diluapkan bagaiamana.
Gara-gara kuliah pagi sekaligus kena semprot akibat kelalaian dalam mengerjakan tugas, segala rencana ku untuk mengunjungi pembukaan pameran hancur begitu saja. Aku lupa! Karena aku sibuk membawa kegaduhan perasaanku ini untuk saling memposisikan diri. Tetapi tidak apa-apa, meskipun demikian aku masih bisa menghadiri perhetalan pameran seni pada keesokan harinya meskipun tanpa pembukaan menyenangkan. Dan aku malah menjadi produktif untuk menyusun rencana proyek berdagang dan berorganisasiku.
Shalom