Semangatlah, Nara!

By Nada A. - June 24, 2014

Aku merasa, dunia telah mempermainkanku. Dengan segala kefanaannya, dunia berhasil membuatku merasa tak berguna. Bahkan persaingan ini, membuatku lebih merasa tak berdaya, tak bisa berbuat apa- apa, dan hanya bisa menyusahkan kedua orangtua. Aku tau, apa yang aku ceritakan ini adalah sebuah kalimat paling-tidak-penting-dan-berlebihan-untuk kalian baca. Jujur saja, aku tidak tau lagi harus bagaimana- menampung perasaan yang sedari dulu sulit untuk aku ungkapkan. Perkenalkan, aku Nara dan aku pemimpi besar.


***
Gubug pemancingan di atas kolam milik Paman Has adalah tempat paling menentramkan. Aku suka berada disana, hingga seharian penuhpun aku betah. Hari ini jadwal sekolahku mulai padat, dua minggu lalu aku menerima rapot kenaikan kelas XI dan sekarang aku sudah kelas XII. Meskipun nilaiku tidak pernah sempurna, kedua orangtuaku tidak pernah marah dan sudah memaklumi. Sejujurnya ada sedikit perasaan bersalah karena kerja kerasku untuk mendapatkan nilai maksimal kurang, sehingga aku belum bisa mengukirkan senyum bangga untuk kedua orangtuaku. Tetapi tak apa, aku yakin masih bisa memperbaikinya.

Sepulang sekolah tadi, aku langsung beranjak ke tempat favoritku sejak kecil; gubug pemancingan Paman Has. Aku ingin menghabiskan senja disana, menikmati suasana sore bersama ikan- ikan air tawar. "Sebuah kehidupan tidak pernah tidak adil kepada pelakunya."gumamku.

Tunggu....tidak pernah tidak adil?

Aku mengambil napas panjang. Memejamkan mata sembari berfikir, tentang kehidupanku saat ini. Ah entahlah, aku kacau jika terus dituntut untuk memikirkan hidup.

NB : Cerita berlanjut. Sedang buntu, maklum amatiran.

  • Share:

You Might Also Like

1 comments