Jika waktu bisa membuat kenangan, apa bisa ia menghapus
kenangan?
Aku tidak ingin menyalahkan waktu; karena hati yang kacau
ini. Jika jam wekker-ku terus
berdetik, apakah pikiranmu juga akan terus memikirkanku?
Tenang saja, aku tidak akan memaksamu. Untuk memikirkanku
ataupun menanyakan kabarku.
‘Kita adalah anak-
anak manusia yang tak pernah kenyang akan ke-fana-an dunia’. Kamu yang
mengatakan hal itu kepadaku, ketika pertama kali kita bertemu di taman kota
pada waktu senja. Aku masih ingat dengan pertemuan kita yang tidak sengaja.
Sore itu, aku menangis dibangku sudut taman kota. Aku
kehilangan pekerjaanku karena aku ceroboh; terlalu asik dengan media sosial
hingga lupa dengan deadline pekerjaanku. Aku dipecat karena hal yang sepele,
memalukan bukan? Ketika aku melempar kaleng minuman, tanpa sengaja lemparanku
mengenai kepalamu yang sedang melintas santai. Kau memungut kaleng itu dengan
heran dan mulai menatapku garang. Dengan sigap, kau menghampiriku dan
menjatuhkan kaleng itu tepat disampingku hingga menimbulkan sebuah suara. Aku menatapmu
dan tiba- tiba kembali menangis kencang, seperti anak kecil yang kehilangan
permennya. Kau heran dan kebingungan melihat sikapku.